Sabtu, 27 Agustus 2011

Abbas Ibnu Firnas, Peletak Dasar Teori Pesawat Terbang

198817_10150250101565658_175817530657_8028910_3804329_n.jpg (550×550)
Oleh : Mujiyanto


Ia mencoba membuat prototype pesawat layang pertama dan menerbangkannya dari atap sebuah menara.

Tak banyak yang tahu, konsep pertama pesawat terbang adalah produk seorang Muslim. Bukan Roger Bacon yang dikenal sebagai peletak dasar teori pesawat terbang ala Barat. Lima ratus tahun sebelum Bacon, Abbas Ibnu Firnas, seorang Muslim Spanyol yang hidup di abad ke-9 M telah mendahuluinya.

Pada tahun 875, Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan dokumentasi pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.

Ia hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia). Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba. Ia ingin melakukan ujicoba 'terbang' dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan 'sayap' atau jubah tanpa lengan yang dipasangkan di tubuhnya.

Uji cobanya ini berhasil. Ia bisa mendarat meskipun mengalami cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut pertama di dunia. Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu perwujudan konsep pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran seorang Muslim.

Keberhasilannya itu mendorongnya untuk mengembangkan temuan tersebut. Ia melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori berdasarkan gejala alam yang dilihatnya. Sebagai salah satu bahan perbandingan penelitiannya adalah bagaimana burung bisa terbang. Dari situlah ia mencoba membuat prototype pesawat layang.

Ada dua catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu Firnas. Salah satunya menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang
masyarakat Cordoba untuk datang dan menyaksikan hasil karyanya itu.

Warga Cordoba saat itu berkumpul di sekitar sebuah menara. Dari menara itulah Ibnu Firnas akan memperagakan temuannya. Ia menjadikan puncak menara itu sebagai landasan luncur. Namun karena cara meluncur yang kurang baik, ia terhempas ke tanah bersama pesawat layang buatannya. Ia mengalami cedera punggung yang sangat parah. Cederanya inilah yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan ujicoba berikutnya.

Catatan versi kedua menyebut, Ibnu Firnas tidak melengkapi pesawat layang buatannya dengan ekor sebagaimana burung. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkannya gagal mendaratkan pesawat temuannya dengan sempurna.

Di catatan kedua pun dikatakan bahwa Ibnu Firnas cedera punggung. Akibatnya ia tak mampu lagi mengembangkan temuannya itu di alam terbuka. Sebagai gantinya ia melakukan di dalam ruangan—sekarang sering disebut laboratorium. Di sana ia mempelajari gejala alam, termasuk mekanisme terjadinya halilintar dan kilat. Dari situ ia berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dan kristal.

Belum tuntas niatnya membuat pesawat layang, tahun 888 Ibnu Firnas wafat dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggungnya.

Selain dikenal sebagai peletak dasar teori pesawat terbang, pria yang dikenal dengan nama Latin, Armen Firman, ini juga ahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang-barang berteknologi baru saat itu.

Ia tercatat memiliki karya-karya monumental seperti konsep tentang terjadinya halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam. Ia dikenal pula sebagai pembuat rantai rangkaian yang menunjukkan pergerakan benda benda planet dan bintang. Selain itu, Ibnu Firnas pun menunjukkan cara bagaimana memotong batu kristal yang saat itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Mesir.

Semua temuannya itu lahir karena sebuah dorongan ingin memberikan manfaat kepada manusia. Bukankah itu amal jariyah yang tak pernah putus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar