Selasa, 25 Oktober 2011

Peranana Khatija di saat-saat Nabi Muhammad saw Menerima Wahyu

Sitti Khatijah adalah masih satu keturunan dengan Nabi Muhammad yaitu bertemu di Qushai.

Jika diuraikan silsilah keturunan Nabi Muhammad saw, dan Sitti Khatijah adalah demikian:

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushai.

Khatijah bin Khuwalid bin Asad bin abdul 'Uzza bin Qushai
jadi diantara istri-istri Nabi Muhammad saw, Sitti Khatijah inilah yang paling dekat nasabnya dengan beliau.

Sitti Khatijah adalah seorang janda keturunan bangsawan Quraisy . Ia telah duakali kawin, yang pertama dengan "Atieq bin 'Aabid Al-Makhzumy seorang laki-laki yang masih tergolong keluarga bangsawan Quraisy.

Perkawinan Sitti Khatijah dengan perkawinan yang pertama inin lama berlangsung, hanya menurunkan sseorang putri yang bernama Hindun, karena 'Atieq meninggal dunia. Kemudia Sitti Khatijah kawin lagi dengan Nabbasy bin Zurararah Attaimy juga seorang laki-laki masih keturunan keluarga bangsawan Quraisy. Perkawinan Sitti Khatijah dengan Nabbaasay ini menurunkan seorang putra bernama Halal dan seorang putri juga bernama hindun. Perkawinan dengan suaminya yang kedua inipun tidak lama berlangsung, karena Nabbasy meninggal dunia pula. sehingga kedua kalinya Sitti Khatijah menjadi janda.

Sitti Khatijah mempunyai pribadi luhur dan akhlak mulia. Dalam kehidupannya sehari-hari senantiasa memeliahara kesucian dan martabat dirinya; ia ajuhi adat istiadat yang tidak senonnoh wanita-wanita Arab Jhahiliyah pada waktu itu, sehingga oleh penduduk Meka ia diberi gelar "At Thahirah" . Ia mempunyai oikiran yang tajam, lapang dada, kuat Himah dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang yang hidup dalam kekurangan dan sangat penyantun kepada orang-orang yang lemah. Disamping itu ia adalah wanita yangsngat pandai berdagang. perdagangannya tidak dikerjakannya sendiri, melainkan dibawa oleh beberapa orang kepercayaan atau oleh orang-orang yang sengaja mengambil upah untuk membawa dagangannya kanegri Syam dan alin-lain. Perdagangannya sangat maju, sehingga ia adalah terhitung seorang wanita yang kaya raya dan sangat dermawan dalam masyarakat Quraisy kota Mekah pada saat itu.

Adapun peran Sitti Khatijah, istri Nabi Muhammad saw yang patuh dan setia ini, di saat-saat Nabi menerima wahyu dan keangkatan sebagai Rasulullah ( utusan Allah ) secara ringkas dapat disimpulkan sabagai berikut:

1. Sitti Khatijah kenal benar akan jiwa, pribadi serta ahklak suamaminya (Muhammad saw) sejak kecil, hingga dewasa dan kemudian menjadi suaminya, yang tidak puas bahkan sangat tidak suka kapada adat-istiadat kaumnya menyembah bahkan mendewakan patung dan berhala. Demikian juga ia sabgaty benci kepada kegemaran kaumnya berjudi dan meminum khamar serta melakukan perbuatan-perbuatan diluar peri kemanusiaan seperti membunuh bayi perempuan mereka hidup-hidup, karena malu dan takut miskin.

2. Khatijah memberi suaminya kesempatan dan keleluasaan yang sebesar-besarnya untuk memasuki kehidupan berpikir dan alam nafsani, untuk mencari hakikat yang benar dan mutlak. Suaminya diberi dorongan semangat, agar terus mencari hakikat yang benar dan mutlak itu, denga tidak dibbebani

Senin, 24 Oktober 2011

Muhamad Menjadi Rasul

Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan 6 Agustus tahun 610 masehi, diwaktu Nabi Muhammad saw sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as. membawa Wahyu dan menyuruh Nabi Muhammad saw untuk membaca, katany " bacalah". Dengan terperanjat Muhammad saw menjawab : " aku tidak dapat mambaca " . Lalu beliau direngkuh beberapa kali oleh M,laikat Jibril as hingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya diserunya membaca sekali lagi :" Bacalah " teapi Nbi Muhammad tetap nenjawab : " aku tidak dapat membaca ". Begitulah keadaanya berulang-ulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad berkata : " apa yan kubaca ".

Kata Jibril:
Bacalah dengan nana Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. yang mengajarkan dengan pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak dikewtahuinya.

Pada saat menerima pengangkatan menjadi Rasul ini, umur beliau mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun Matahari (syamsiah). setelah menerima Wuhyu itu beliau terus pylang kerumah dalam keadaan gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya, Sitti Khatijah.

Istri yang patuh dan setia itu segera menyelimutinya. Setelah aga reda cemasnya, maka maka diceritakannya kepada istrinya segala yang terjadi atas dirinya denga perasaan cemas dan khawatir. Tetapi istri yang bijaksana itu sedikitpun tidak memperlihathan kekhawatiran dan kecemasan hatinya bahkan dengan khidmat ia menatap muka suaminya. seraya berkata: "bergembiralah hai anak pamanku, tetapkanlah hatimu,demi Tuhan yang jiwa Khatijah didalam tangan-Nya, saya berharap engkaulah yang akan menjadi Nabi bagi umat kita ini. Allah tida akan mengecewakan engkau; bukan kah engkau yang senantiasa berkata benar yang selalu menumbuhkan tali silahturrahim, bukankah engkau yang senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tetamu dan menolong orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?" Demikian Sitti Khatijah menentramkan hati suminya.

Karena terlampau lelah setelah mengalami peristiwa besar yang beru terjadi itu, maka beliupun tertidur. Sementra itu Sitti Kjhatijah pergi kerumah anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang yang tida menyembah berhala, talah lama memeluk agama Nasrani dan dapat menulis dengan bahasa Ibrany, telah mempelajari dan telah menyalin kebasa Arab isi kitab Injil dan Taurat, usianya sudah lanjut dan matany sudah buta, lalu diceritakan oleh Sitti Khatijah atas apa yang terjadi atas suaminya.

Setelah didengarny cerita Sitti Khatijah itu lalu ia berkata : " Qudus, qudus, demi Tuhan yang jiwa Warakahdidalam tangan-Nya, jika engkau membenarkan aku, ya Khatijah, sesungguhnya telah datang bkepadanya (Muhammad) namus akbar ( petunjuk yang maha benar ), sebagai perenah datang kepada Nabi Musa as dia sesungguh nya akan menjadi Nabi bagi umat kita ini. Dan katakanlah kepadanyanya hendaklah tetap tenang!"

Sitti Khadijah kemudian kembali kerumahnya, lalu dicertakannya apa yang dikatakan oleh Waraqah bin Nufal kepadad Rasulullah dengan kata-kata yang lemah lembut yang dapat menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran Rasulullah.

Di dalam kitab-kitab Tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan Nabi Muhammad saw kelihatan telah segar kembali dan telah kembali seperti sediakala, suaranya sudah berangsur terang, maka Khatijah mengajak Nabi untuk segera pergi menemui waraqah bin Naufal dirumahnya, dengan maksud hendak bertanya lebih lanjut tentang peristiwa yang telah menimpa diri Nabi yang terjadi dalam gua hira itu.

Sesampainya Nabi bersama Khatijah dirumah Waraqah bin Naufal, lalu satu sama lain menyampaikan kehormatannya. kemdian Waraqah berkata: "Kudus, kudus! Hai (Muhammad) anak saudaraku,itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan Allah kepada Nabi Musa as, wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat, ketika engkau dikeluarkan (diusir)kaummu".

Nabi setelah mendengar perkataan Waraqah yang sedemikian itu, lalu beliau bertanya: " apakah mereka (kaumku) akan engusir aku?"Waraqah menjawab: "Ya, semua orang yang datang membawa sepertia apayang engkau bawa ini, merka tetap dimusuhi. Jika aku masih menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, akua akan menolong engkau dengan sekuat tenagaku."

Dengan keterangan Waraqah itu, Nabi pun merasa mendapat keterangan dan penjelasan yang jelas tentang peristiwa yang baru dialaminya itu. Juga Khatijah memegang teguh keterangan-keterangan Waraqah itu, dan memang itulah yang di nanti-nantikan selama ini, berita gembira tentang keangkatan suaminya menjadi Rasul.

Minggu, 23 Oktober 2011

Pengalaman Penting Nabi Muhammad

Ketika Berumur 12 tahun, Nbi Muhamad mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangannya ke Syam. Sebelum mencapai kota Syiam , baru sampai ke Bushra, bertemu kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani yang alim, " buahirah " pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Muhamad saw, maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekah. sebab dia khawatir kalau-kalau Muhamad ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya. Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekah.

Nabi Muhammad sebagai mana biasanya pada masa kanak-kanak itu, dia kembali kepekerjaanya menggembala aksambing; kambing keluarga dan kambing penduduk Mekah yang lain yang dipercayakan kepaanya. pekerjaan menggenbala kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri nabi, karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesanaran dan ketenangan serta ketrampilan dalam tindakan.

Ketika Belia berusia 15 thn terjadilah peristiwa yang sangat bersejarah bagi penduduk Mekah, yaitu terjadi peperangan antar suku Quraisy dan kinanah disatu pihak, dengan suku Qais 'Alan dilain pihak. Nabi Muhammad saw ikut aktif dalam peperangan ini memberikan bantuan kepeda paman-pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.

Pepoerangan ini terjadi di daerah suci pada bulan-bulan suci pula yaitu pada bulan zulqaedah. Menurut bangsa Arab peristiwa itu adalah pelanggaran berat terhadap kesucian, karena melanggar kesucian bulan Zulqaedah, sebenarnya dilarang berkelahi, berperang menumpahkan darah. Oleh karena demikian, perang tersebut dinamakan Harbul Fijar yaitu perang yang memkecah kesucian.

Semenjak wafatnya Abdul Muththalib, kota Mekah mengalami kemerosotan. Ketertiban kota Mekah tidak terjaga. Ke3amanan harta benda, diri pribadi tidak mendapat jaminan. Orang-orang asing menderita bemacam-macem pemerasab secara tyerang-terangan. Terkadang mereka dirampok, bukan saja barang harta bendanya, akan tetapi istri dan juga anak perempuannya. Perbuatan-perbuatan yang demikian membuat suasana Mekah kacau dan genting. Jika hal iktu dibiarkan berlarut-larut akan merugikan penduduk Mekah sendiri (Quraiy). Akhirnya timbulah keinsyafan dikalangan pemimpin-pemimpin Quraisy untuk memulihkan kembali ketertiban kota Mekah itu. Maka berkumpulah pemuka-pemuka dari Bani Hasyim, Bani Muththalib, Bani Asad bin Uzza, Bani Zuhra bin Kilab dan Bani Tamim bin Murrah. Dalam pertemuan ini pemimpin-pemimpin Quraisy mengikat sumpah; bahwa tidak seorangpun yang akan teraniaya lagi dikota Mekah baik oleh penduduknya sendri ataupun orang lain. Barang siapa yang teraniaya, dia harus dibela bersama-sama. Demikianlah isi dari sumpah itu yang dalam sejarah di sebut Halfulfudhal. Nabi Muhammad saw sendiri mengatakan sesudah menjadi Rasul bahwa dia menyaksikan paman-paman beliau itu dirumah Abdullah bin Juda'an, diwaktu usia belasan tahuhun.

Hasil pertemuan pemuka-pemuka Quraisy itu menbaawa perubahan yang baik bagi kota Mekah, hingga kota ini kembali aman, dan selanjutnya kembali memegang peranan penting dalam sejarah perkembangan kota Arab.

Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad saw mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya. Karena dia terkenal orang yang jujur, maka seorang janda kaya bernama Sitti Khatijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam dia ditemani oleh seorang pembantu Stti Khatijah yang bernama Maisarah. Setelah selesai menjualbelikan barang dagangan nya di Syam, dengan memperoleh laba yang tida sedikit, mereka pun kembali ke Mekah.

Sesudah Nabi Muhammad saw pulaqng dari perjalanan ke Syam itu, datanglah lamaran dari pihak Sitti Khatijah kepada beliau, lalu beliau menyampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah tercapai kta sepakat pernikahan pun dilangsungkan, pad waktu itu umur Nabi kuranglebih 25 tahun sedang Sitti Khatijah kuranglebih 40 tahun.

Nama Nabi Muhammad saw bertambah populer dikalangan penduduk Mekah, setelah beliau mendamaikan pemuka-pemuka Quraisy dalam sengketa mereka memperbaharui bentuk Ka'bah. pada mulanya mereka nampak bersatu dan bergotong royong mengerjakan pembaruan Ka'bah itu. tetapi ketika sampai kepad peletakan Batu Hitam ( Al Hajarul Aswat ) ketenpat asalnya, terjadilah perselisihan sengit antara pemuka-pemuka Quraisy. Mereka masing-masing merasa berhak untuk mengembalikan batu sici itu ketempat asalnya semula. Akhirnya disepakati yang akan menjadi hakim adalah orang yang pertama datang dan pada saat yang kritis itu, datanglah Muhammad saw yang disebut dan disetujui mereka; maka diambilnyalah sehelai kain, lalu dihamparkannya dan Al Hajarul Aswad diletakannya diutengah-tengah kain itu, kemudian disuruhnya dari tiap-tiap pemuka golongan Quraisy bersama-sama mengangkat tepi kain ketempat asal Al Hajarul Aswad itu. Ketika sampai ketempat asalnya, maka Batu Hitam itu diletakan dengan tangannya sendiri ke tempatnya.

Dengan demikian selesailah persengketaan itu dengan membawa kepuasan pada masing-masing golongan. Pada waktu kejadian ini usia Nabu sudahn 35 tahun dan dikenal dengan nama "Al Amin" yang dipercaya.

Kematian Ibu dan Kakek Nabi Muhammad saw

sesudah berusai lima tahun, Muhammad saw diantarkannya ke Mekah kembali kepada Ibunya, Siti Aminah. setahun kemudian, yaitu sasudah ia berusia kira-kira enam tahun, belia dibawa oleh Ibunya ke Madinah, bersama-sama dengan Ummu Aiman, sahaya peninggala Ayahnya. Maksud membaawa Nabi ke Madinah, pertama untuk memperkenalkannya keluarga neneknya Bani Najjar dan kedua untuk manziarahi makam Ayahnya. Maka disitu diperlihatkan kapadanya rumah tempat Ayahnya dirawat diwaktu sakit sampai meninggal, dan pusaran tampat Ayahnya dimakamkan. Agaknya mengharukan juga cerita Aminah kepada anaknya tentang Ayahnya itu; damikian terharunya, sehingga sampai sesudah ia diangkat sebagai Rasul dan sesudah ia berhijrah ka Madinah, peristiwa itu sering disebutsebut. Mereka tingga disitu kira-kirasatu bulan, kemudian pulang kembali ke Mekah, dalam perjalanan mereka pulang, pada suatu tempat, Abwah nama nyatiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan disitu juga. (Abwa adalah nama sebuah desa yang terletak diantara Madinah dan juhfa, kira-kira sejauh 23 mil disebelah selatan kota Mekah.

Setelah selesai pemakaman ibunya, Nabi Muhammad saw, segera meninggalkan kampung Abwa kembali ke Mekah dan tinggal bersama-sama kakeknya Abdul Muththalib.

Disinilah Nabi Muhammad asw diasuh ssendiri olah kakeknya dengan penuh kecintaan. Usia Abdul Muththalib pada waktu itu mendekati 80 tahun. Dia adalah pemuka Quraisy yang disegani dan dihormati oleh segenap kaum Quraisy pada umumnya, dan penduduk kota Mekah pad khususnya demikian kehormatannya pada kedudukannya yang tinggi dan mulia itu, sampai anak-ansknya tidakada yan berani mendahului menduduki tikar yang disediakan khusus baginya disisi Ka'bah.

Nabi terasa terhibur oleh perhatian dan kasihsayabg yang telah diberikab kakekny Abdul Muththalib kepadanya meski telah ditinggal ibunya. Namun kebajagian itu tidak berlangsung lama, karna berselang 2 tahun kakeknya Abdul Muththalib meninggal dunia, dan ketika itu Nabi Muhammad saw berusia delapan tahun.

Meninggalnya Abdul Muththalib itu, bukan saja merupakan kemalangan besar bagi Muhammad saw, tetapi juga merupakan kemalangan dan kerugian baga segenap penduduk mekah. Dengan meninggalny Abdul Muththalib itu, penduduk mekah kehilangan seorang pembesar dan pemimpin yang cerdas, bijaksana, berani dan perwira yang tidak mudah mencari gantinya.

Sesuai dangan wasiat Abdul Muththalib, maka Nabi Muhammad saw, diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan ia mengasuh Nabi serta kasih sayang yang di berikan kepada keponakannya ini tidaklah kurang dari apa yang diberikan kapada anaknya sendiri. selama dalam asuhan kakek dan pamanya, Nabi Muhammad menunjukan sikap yang terpuji dan selalu membantu meringankan kehidupan mereka.

Kelahiran Nabi Muhammad saw

DI kota uamat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya. Lahirlah kedunia dari keluarga yang sangat sederhana, di kota mekah, seorang bayi yang kelak akan membawa perubahan besar bagi peradaban dunia. Bayi itu yatim; ayahnya bernama Abdullah kurang lebih meninggal 7 hari sebelum ia dilahirkan.

Ia memiliki kakek yg bernama Abdul Muththalib.

Sedangkan ibunya bernama Siti Aminah.

Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Nabi Muhammad saw itu pada tsnggal 12 Rabiul awal tahun Gajah atau tanggal 20 april tahun 571 M.

Adapun sebab dinamakan kelahiran Nabi Muhammad sebagai tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota mekah diserang oleh suatu tentara orang Nasrani yang kuat dibawah pimpinan Abraha, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah diYaman, dan mereka bermaksud menghancurka Ka’bah, pada waktu itu Abraha berkendaraan Gajah.

Nabi Muhammad saw. Adalah keturunan dari Qushai suku Quraisy yang berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza’ah atas kota Meka. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdumanaf bin Qusaiy bin Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhra bin Kilab bin Murrah. Disinilah silsilah keturunan Ayah dan Ibu Nabi Muhammad saw bertemu. Baik dari pihan bapak ataupun Ibu keduanya termasuk goongan bangsawan dan terhormat dalamkalangan kabilah-kabilah.

Sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang Arab kota mekah, terutama pada orang-orang yang tergolong bangsawan, menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanita badiyah ( dusun di padang pasir) agar bayi-bayi mereka dapat menghurup uadara yang bersih, terhindar dari penyakit-penyakit kota dan supanya bayi-bayi itu dapat barbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demijkianlah dangan Nabi Muhamad saw beliau diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan yang baik, Halimah Sa’diyah dari Bani sa’ad kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh dari kota mekah. Di perkampungn Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad saw diasuh dan dibesarkn sampai berusia 5 tahun.

Minggu, 09 Oktober 2011

Sejarah Peradaban Islam Periode Mekah

A. ARAB SEBELUM ISLAM

Ketika Nabi Muhammad Saw lahir (570 M), Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syisia di utara. Dengan adanya Ka'bah ditengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaanArab. Ka'bah adalah temapat mereka berziarah. didalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama. Hubal. Mekkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Jazirah Arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada nhanya lembah" berair dimusim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir Saharayang terletak ditengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda", karena itu ia bisa dibagi menjadi tiga bagian:
  1. Sahara Langit memanjang 140 mil dari Utara keselatan dan 180 mil dari timur ke Barat, disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin sering kali menimbulkan kabutdebu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
  2. Sahara Selatanyang membentang menyambug Sahara Langit kearah Timur sampai ke Selatan Persia. Hampir keseluruhnya datarankeras, tandus dan pasir bergelombang. daerah ini juga disebut dengan al_rub' al-Khali (Bagian yang sepi).
  3. Sahara Hrrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liatyang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitamitu nenyebar di keluasan Sahara ini, seluruh nya mencapai 29 buah.

Penduduk Sahara terdiri dari suku-suku Baduiyang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput untuk binatang peliharaan mereka, kambing dan unta.
Adapun untuk daerah pesisir , bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Namin penduduknya sudah menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaaan.
Bila dil;ihat dari asal usul keturunan, Penduduk Jazirah Arab dapt dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu